Tentang senja kala itu,
Terasa begitu hangat, semakin menumbuhkan rasa nyaman yang menjalar dari setiap jari yang saling bertautan.
Matamu tetap menatap lurus ke arah jingga di ufuk barat sana.
Tersenyum kagum menatap senja.
Cantik,
Ucapmu seraya menoleh kepadaku.
Iya kak. Balasku sambil senyum tersipu.
😊
Sunset sore ini cantikkan?
Eh.. Sunset?
Iya, indah banget kak sunsetnya. 😄
Hehe
😬😁 sambil berusaha merangkai senyum paling tulus menutupi rasa malu.
Malu karena dari tadi menganggap senyum kagum itu ditujukan buatku.
Hehe
Malu, malah aku yang tersipu berpikir panggilan itu buatku, bukan senja yang cantik itu.
😅😅
Dek?
Yaa
Kali ini mataku langsung melihat ke arahmu.
Beberapa kali mengedipkan mata, memastikan tatapan mata kagummu itu.
Hey, apakah aku mulai besar kepala lagi ketika melihat tatapan kagum itu tertuju kepadaku?
Ah, pasti ini hanya imajinasiku saja.
Dek?
Eh iya kak..
Kenapa?
Sakit?
Eh, nggak kak.
Kok bengong?
Umm.. Nggak (ngomong nggak-nya sambil menghadap ke arah depan)
Oh hehe.. Tawamu lembut.
Dek, besok besok kakak sunsetan nya di rumah aja, gak perlu jauh jauh ke pantai.
Umm,, tapi kan sunset nya jauh lebih indah kalau disini kak.
Coba deh kakak melihat permukaan lautan depan sana. Jingga senja ini berkilauan seluas lautan ini.
Hmm,, indahnya sempurna. 😊
Tapi dari rumah sama saja, ucapmu.
Beda kakak, disini lebih indah, balasku dengan suara yang lebih tinggi.
Sama adek, ucapmu dengan nada yang tetap lembut.
Dan aku diam, tak berniat membalas ucapanmu. Tentunya dengan ekspresi agak kesal yang sengaja kubiarkan terlihat jelas olehmu.
Adek sayang, kakak lebih suka menikmati kilauan jingga itu dibola mata itu, ucapmu seraya menatap langsung ke arah mataku.
Dan akan terlihat lebih sempurna lagi ketika indahnya kilauan jingga itu berdekatan dengan senyum lembut yang seperti biasa adek berikan buat kakak.
Kau berucap demikian, serangkai dengan senyum lembut yang selalu berhasil membuat dadaku berdegup kencang.
Jangan tanyakan ekspresiku saat itu seperti apa.
Speechless sudah pasti.
Tersipu? Ah melebihi itu.
Lalu?
Entahlah, hanya hati yang mampu mensuarakan perasaan indah senja kala itu.
#edisi_ng.baper
😄😄😄
Terasa begitu hangat, semakin menumbuhkan rasa nyaman yang menjalar dari setiap jari yang saling bertautan.
Matamu tetap menatap lurus ke arah jingga di ufuk barat sana.
Tersenyum kagum menatap senja.
Cantik,
Ucapmu seraya menoleh kepadaku.
Iya kak. Balasku sambil senyum tersipu.
😊
Sunset sore ini cantikkan?
Eh.. Sunset?
Iya, indah banget kak sunsetnya. 😄
Hehe
😬😁 sambil berusaha merangkai senyum paling tulus menutupi rasa malu.
Malu karena dari tadi menganggap senyum kagum itu ditujukan buatku.
Hehe
Malu, malah aku yang tersipu berpikir panggilan itu buatku, bukan senja yang cantik itu.
😅😅
Dek?
Yaa
Kali ini mataku langsung melihat ke arahmu.
Beberapa kali mengedipkan mata, memastikan tatapan mata kagummu itu.
Hey, apakah aku mulai besar kepala lagi ketika melihat tatapan kagum itu tertuju kepadaku?
Ah, pasti ini hanya imajinasiku saja.
Dek?
Eh iya kak..
Kenapa?
Sakit?
Eh, nggak kak.
Kok bengong?
Umm.. Nggak (ngomong nggak-nya sambil menghadap ke arah depan)
Oh hehe.. Tawamu lembut.
Dek, besok besok kakak sunsetan nya di rumah aja, gak perlu jauh jauh ke pantai.
Umm,, tapi kan sunset nya jauh lebih indah kalau disini kak.
Coba deh kakak melihat permukaan lautan depan sana. Jingga senja ini berkilauan seluas lautan ini.
Hmm,, indahnya sempurna. 😊
Tapi dari rumah sama saja, ucapmu.
Beda kakak, disini lebih indah, balasku dengan suara yang lebih tinggi.
Sama adek, ucapmu dengan nada yang tetap lembut.
Dan aku diam, tak berniat membalas ucapanmu. Tentunya dengan ekspresi agak kesal yang sengaja kubiarkan terlihat jelas olehmu.
Adek sayang, kakak lebih suka menikmati kilauan jingga itu dibola mata itu, ucapmu seraya menatap langsung ke arah mataku.
Dan akan terlihat lebih sempurna lagi ketika indahnya kilauan jingga itu berdekatan dengan senyum lembut yang seperti biasa adek berikan buat kakak.
Kau berucap demikian, serangkai dengan senyum lembut yang selalu berhasil membuat dadaku berdegup kencang.
Jangan tanyakan ekspresiku saat itu seperti apa.
Speechless sudah pasti.
Tersipu? Ah melebihi itu.
Lalu?
Entahlah, hanya hati yang mampu mensuarakan perasaan indah senja kala itu.
#edisi_ng.baper
😄😄😄
